LAPORAN PRAKTIKUM BK BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Eksistensi pendidikan secara berlahan-lahan telah menunjukkan titik
pencerahan. Meskipun kondisi bangsa belum mengalami peningkatan good goverment
seperti sekarang ini tetapi pendidikan dapat berjalan sabagaimana
mestinya. Anak-anak bangsa memiliki semangat untuk belajar mandiri dan
diharapkan kelak nanti menjadi tokoh dan penerus pemimpin bangsa ini.
Tidak hanya itu, tingkat kesadaran masyarakat mulai tergugah
menyekolahkan anaknya demi masa depan mereka sendiri. Wacana menarik
yang sempat menjadi bahan perbincangan oleh pakar pendidikan adalah
munculnya sekolah unggulan. Sebagaimana kita lihat bahwa di beberapa
kota besar telah menjamur sekolah unggulan belakangan ini.
Sekolah unggulan yang lahir belakangan, tentu berdasar pada inovasi
kekinian dan sengaja dipersiapkan terhadap kebutuhan modernitas yang
berkembang sangat pesat. Sebagai salah sat alternatif pendidikan
kontemporer, sekolah unggulan berusaha menampilkan visi orientasi
pendidikannya pada dataran realitas. Berbagai kemungkinan masa depan
yang bakal terjadi, pendidikan unggulan mencoba menawarkan “nilai jual”,
daripada “jual nilai” yang kehilangan realitasnya. Sekolah unggulan
tentu saja mengadopsi dari beberapa sistem pendidikan.
Sampai sekarang, sekolah unggulan masih tergolong langka dan tidak
semua orang dapat ‘menyentuh’ model sekolah itu. Sekolah unggulan
mencoba tampil beda dari yang lain. Sistem pendidikannya dikelola secara
profesional dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadahi. Dari gedung
sekolah sampai tempat pemondokan disediakan dengan sarana mewah.
Alat-alat penunjang belajar tercukupi yang disediakan untuk anak didik.
Seperti yang banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan bahwa model
sekolah unggulan merupakan terobosan baru untuk menjembatani antara dua
sisi yakni kualitas ilmu-ilmu umum dan kualitas ilmu-ilmu agama. Di
tengah era global yang sedang berjalan ini, dua nilai keilmuan tersebut
harus dipadukan menjadi entitas yang utuh. Keilmuan umum (modern) tanpa
dilandasi oleh nilai agama akan menyeret manusia kepada jurang
kehancuran atau paling tidak bisa diklaim sebagai manusia sekuler.
Sebaliknya nilai agama tanpa ditopang dengan nilai keilmuan umum akan
tergilas oleh orang yang memiliki iptek yang canggih. Model semacam
inilah yang seharusnya diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang
ada. Pendidikan sudah seharusnya dijadikan sarana untuk melakukan
mobilitas vertikal secara cepat. Karena itulah, upaya-upaya yang
mengarah pada peningkatan akses pendidikan bagi anak-anak miskin,
terbelakang dan ”bodoh” harus dilakukan oleh semua pihak, khususnya
pemerintah.
Keberadaan sekolah unggulan di Tanah Air itu awalnya merupakan sebuah
upaya untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dari negara-negara
lainnya. Sekolah unggulan dianggap mampu menjadi salah satu alternatif
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berujung pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas manusia Indonesia rendah
telah menjadi berita rutin. Setiap keluar laporan Human Development Index,
posisi kualitas SDM kita selalu berada di bawah. Salah satu penyebab
dan sekaligus kunci utama rendahnya kualitas manusia Indonesia adalah
kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas sosial-ekonomi dan kualitas
gizi-kesehatan yang tinggi tidak akan dapat bertahan tanpa adanya
manusia yang memiliki pendidikan berkualitas.
Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan
kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan.
Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah
unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna
untuk membangun negeri ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua
menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari
animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah unggulan.
Setiap tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon
siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul.
Benarkan sekolah-sekolah unggulan kita mampu melahirkan manusia-manusia
unggul? Untuk mencermati krisis pendidikan yang banyak disorot
masyarakat sekarang ini, kita perlu melihat kembali pembangunan sekolah
unggulan dan tantangannya ke depan. Dari awal, sekolah unggulan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan melahirkan anak
didik yang unggul.
Namun, sekolah unggulan ini perlu dicermati kembali, karena ada yang
kurang. Kata unggul menyiratkan superioritas atas sekolah lain,
sekaligus menunjukkan kesombongan intelektual yang sengaja ditanamkan
lingkungan sekolah atas sekolah lain yang kurang bermutu. Di negara maju
seperti di Amerika Serikat pun, untuk menunjukkan sekolah yang bermutu,
tidak digunakan istilah unggulan (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan essential.
Dari sisi ukuran muatan unggulan, sekolah unggulan di Indonesia
banyak yang tidak memenuhi persyaratan dan salah kaprah. Karena sekolah
unggulan hanya diukur dari kemampuan akademis anak didik semata. Dalam
konsep yang benar, sekolah unggulan dapat dimaknai sebagai sekolah yang
secara terus menerus meningkatkan kualitas kepandaian dan kreativitas
anak didik sekaligus menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk
mendorong prestasi anak didik secara optimal. Dengan demikian, bukan
hanya prestasi akademis yang ditonjolkan, melainkan sekaligus potensi
psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit, kreativitas, dan
intelegensianya.
Secara definitif, sekolah unggulan merupakan sekolah yang memiliki
keistimewaan atau nilai plus dibandingkan dengan sekolah lain
(non-unggulan). Bila dilihat dari segi penerimaan siswanya, sekolah
unggulan biasanya hanya menerima siswa dengan NEM tinggi. Selain itu,
predikat sekolah unggulan itu diukur dari segi mutu dan kualitas
pendidikan, seperti prestasi para siswa ketika memperoleh hasil ujian
nasional (unas). Artinya, kalau rata-rata siswa memperoleh nilai unas
baik dan memuaskan, sekolah tersebut bisa “diunggulkan” atau
“diandalkan”, baik bagi siswa maupun masyarakat pada umumnya. Sebab, hal
itu menjadi bukti bahwa kualitas dan mutu pendidikan terjamin dan bisa
mengantarkan siswa pada prestasi gemilang.
Sudah kita ketahui bersama, kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) kita dibandingkan negara-negara di Asia selalu terdepan -dalam ketertinggalan-. Segala daya dan upaya dilaksanakan oleh masyarakat -entah kalau pemerintah-
dalam meningkatkan SDM kita terutama pada sektor pendidikan.Peningkatan
mutu SDM dituangkan dalam bentuk pendirian sekolah-sekolah unggulan di
beberapa wilayah. Beberapa contoh sekolah unggulan yang sudah ada
seperti di Magelang dan Tarutung, Sumatera Utara mampu menghasilkan
lulusan dengan prestasi akademik yang tinggi.
Namun dalam pelaksanaannya, sebenarnya sekolah-sekolah tersebut hanya
menerima input siswa yang sudah berprestasi (baca: memiliki NEM yang
tinggi). Jadi sesungguhnya hanyalah sekolah dengan kumpulan anak-anak
cerdas sehingga dengan memilih input yang baik otomatis hasil outputnya
pun akan baik. Sehingga beberapa pakar pendidikan mempertanyakan
definisi dari Sekolah Unggulan sehingga memunculkan konsep pengertian
sekolah unggulan.
- B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah antara lain:
- Bagaimana konsep ideal mengenai sekolah unggulan dilihat dari segi teoritis?
- Bagaimana konsep sekolah unggulan bila di lapangan berdasar praktik yang dilakukan?
- C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok
mata kuliah Praktikum BK belajar sekaligus mengetahui apakah konsep
sekolah unggulan dilihat dari segi teoritis sama dengan apa yang terjadi
di lapangan.
- D. Manfaat Penulisan
- Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi dalam pengembangan khasanah ilmu pemgetahuan
dan sebagai bahan informasi bagi penulis selanjutnya yang mempunyai
bahan kajian yang sama atau sejenis dengan tulisan ini.
- Manfaat Praktis
- Bagi Sekolah
Menjadi pedoman sekolah dalam memperbaiki atau memperbaharui segala aspek mengenai konsep sekolah unggulan yang sebenarnya
- Bagi Mahasiswa
Menjadi bahan pembelajaran baginya dalam menerapkan nantinya jika berada dalam ruang lingkup sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- A. Pengertian Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa
mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya.
Sekolah Unggulan dapat diartikan sebagai sekolah bermutu namun dalam
penerapan saya bahkan penerapan semua kalangan bahwa dalam kategori
unggulan tersirat harapan-harapan terhadap apa yang dapat diharapkan
dimiliki oleh siswa setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan itu
tak lain adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua
siswa, pemerintah, masyarakat bahkan oleh siswa itu sendiri yaitu sejauh
mana keluaran (output) sekolah itu memiliki kemampuan intelektual,
moral dan keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat.
Sekolah unggulan yang sebenarnya, adalah sekolah yang dibangun secara
bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang
otoritas pendidikan. Keunggulan akan dapat di capai apabila seluruh
sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Sekolah unggulan yang
sebenarnya adalah sekolah yang dibangun secara bersama – sama oleh
seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan.
Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk
menciptakan prestasi siswa yang tingi, harus dirancang kurikulum yang
baik yang diajarkan oleh guru – guru berkualitas tinggi
Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat kita tentang konsep
sekolah unggulan. Paradigma pada umumnya adalah bahwa sekolah unggulan
biasanya memerlukan uang masuk yang cukup besar, setiap tahun selalu
banyak peminatnya, tingkat kelulusan yang sesuai standar nasional atau
bahkan lebih, banyaknya kegiatan –kegiatan sekolah yang
diselenggarakan,mulai dari ekstrakurikuler, cara belajar dan lain
sebagainya. Sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata
“unggul” menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain.
Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual yang sengaja
ditanamkan di lingkungan sekolah. Di negara-negara maju, untuk
menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan essential (Susan Albers Mohrman, et.al., School Based Management: Organizing for High Performance, San Francisco, 1994, h. 81).
Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia
juga tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur
sebagian kemampuan akademis. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah
unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya
dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk
menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan
hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi
psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan
intelegensi.
Setiap tahun kita menyaksikan para orang tua sibuk mengantarkan
putra-putrinya memasuki sekolah, terutama sekolah yang berstatus negeri
dan favorit, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Meski dengan biaya yang amat mahal tak jadi soal. Para orang tua
mendambakan kelak putra-putrinya menjadi orang yang terpelajar dan
berpendidikan. Bahkan setiap tahunnya terjadi peningkatan arus masuk
sekolah. Besarnya arus masuk sekolah tersebut mengindikasikan adanya
persaingan berebut bangku, jatah dan daya tampung, yang pada akhirnya
sekolah dan perguruan tinggi kemudian menjadi sebuah institusi
pendidikan yang kian elitis. Hal ini juga menjadi kekhawatiran kita
tentang mutu, sebab hasil temuan penelitian C.E. Beeby (1981).
Ada dua pemandangan yang kontras pada kondisi pendidikan kita. Di
satu sisi masyarakat ingin berlomba mencari pendidikan yang bermutu,
pada sisi lain mereka frustrasi karena soal mahalnya biaya pendidikan.
Pertanyaannya kemudian, sudah meratakah pendidikan kita? Bagaimana
dengan anak-anak miskin dan terlantar? Bagaimana dengan biaya sekolah
yang semakin membumbung tinggi, sehingga tidak memberikan peluang bagi
keluarga miskin, sementara anak-anak mereka memiliki kemauan keras dan
mampu secara kualitas untuk bersaing, bahkan lebih cemerlang dari
anak-anak orang kaya. Lantas masih perlukah pendidikan seperti sekolah?
Ada kesan kuat dalam masyarakat, bahwa sekolah unggulan dan bermutu
adalah sekolah orang kaya karena mahalnya biaya. Kondisi demikian ini
mengancam eksistensi pendidikan kita. Oleh karenanya, sejak
berkembangnya sistem sekolah sebagai lembaga yang dipercaya untuk
mempersiapkan generasi yang lebih berkualitas, fungsi pokok sekolah
mulai bergeser arah. Semula sekolah didirikan sebagai lembaga yang
membantu orang tua dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan mendidik anak
sesuai dengan harapan bersama. Namun seiring dengan perkembangan sistem
sekolah tersebut kemudian ada jarak antara sekolah dengan orang tua
(masyarakat).
Di pihak sekolah juga semakin sibuk dengan upaya memenuhi tuntutan
sistem pendidikan yang semakin kompleks, yang menguras tenaga dan
pikiran para pendidik untuk melaksanakan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Di lain pihak, orang tua, karena semakin kompleksnya tuntutan
hidup yang dihadapi, lantas mereka cenderung mempercayakan pendidikan
anak sepenuhnya kepada sekolah. Dari sini kemudian berdampak pada
hubungan orang tua dengan sekolah yang semula bersifat fungsional
berubah menjadi formal, pragmatis bahkan transaksional.
Di sini pula perlunya pengembangan pendidikan dalam upaya mendekatkan sekolah sebagai pusat pengembangan masyarakat (center for community development).
Karena pendidikan dan nasib generasi bangsa ini tanggung jawab kita
bersama (pemerintah, masyarakat dan keluarga), maka ada tiga hal yang
perlu diperhatikan: Pertama, pemerintah hendaknya memiliki good will
dan komitmen yang tinggi terhadap pemberdayaan kaum miskin melalui
prioritas program pendidikan. Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk
tidak menambah subsidi bagi penyelenggaraan pendidikan; Kedua,
masyarakat melalui para pengusaha dan LSM hendaknya turut serta
menyediakan sarana pendidikan yang bermutu dan lapangan kerja bagi kaum
miskin; Ketiga, orientasi mata pelajaran dan kurikulum hendaknya ditekankan pada pendidikan yang berwawasan kemanusiaan (humanistik), penciptaan demokratisasi, egalitarianisme dan pluralisme.
Sudah saatnya semua komponen (pemerintah, orang tua dan masyarakat dari
berbagai lapisan) melibatkan diri untuk mewujudkan pendidikan yang
terbaik bagi generasi bangsa ini.
Sekolah Unggulan dapat diartikan sebagai sekolah bermutu, namun dalam
penerapan semua kalangan bahwa dalam kategori unggulan tersirat
harapan-harapan terhadap apa yang dapat diharapkan dimiliki oleh siswa
setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan itu tak lain adalah sangat
penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah,
masyarakat bahkan oleh siswa itu sendiri yaitu sejauh mana keluaran
(output) sekolah itu memiliki kemampuan intelektual, moral dan
keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat
Untuk menyikapi semua itu, kita harus mengubah system pembelajaran
yang selama ini berlaku di semua tingkat pendidikan yaitu adanya
keterkungkungan siswa dana guru dalam melaksanakan PBM. Sistem yang di
maksud adalah system dimana Siswa dan Guru dikejar dengan pencapaian
target kurikulum dalam artian guru dituntut menyelesaikan semua materi
yang ada dalam kurikulum “tanpa memperhatikan ketuntasan belajar siswa”,
di samping itu adanya anggapan bahwa belajar adalah berupa transformasi
pengetahuan. (Transfer of knowlwdge).
Pada sisi unggulan semua system itu seharusnya tidak diterapkan agar
apa yang menjadi harapan siswa, orang tua siswa, pemerintah, masyarakat
bahkan kita selaku pengajar dan pendidik dapat tercapai. Mari kita
sama-sama merubah semua itu dengan mengembangkan Learning How to Learn
(Murphi,1992) atau belajar bagaimana belajar, artinya belajar itu tidak
hanya berupa transformasi pengetahuan tetapi jauh lebih penting adalah
mempersiapkan siswa belajar lebih jauh dari sumber-sumber yang mereka
temukan dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari
lingkungan dimana dia tumbuh guna mengembangkan potensi dan perkembangan
dirinya atau dengan kata lain belajar pada hakekatnya bagaimana
mengartikulasikan pengetahu an – pengetahuan siswa kedalam kenyataan
hidup yang sedang dan yang akan dihadapi oleh siswa.
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh
seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan.
Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk
menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum
yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal
sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila
seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berarti tenaga
administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan
penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber
daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk
keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah
merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana
struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah
berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab
yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian
wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci
utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa
dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Dalam hal mengembangkan sekolah kearah sekolah unggulan (sekolah
bermutu) di samping perubahan-perubahan tersebut masih banyak hal yang
perlu diperhatikan diantaranya : (a) Sarana dan prasarana, (b) Manajemen
persekolahan, (c) Visi dan Misi sekolah, dan (d) Profesionalisme Guru
dan lain-lain.
Untuk Profesionalisme bukan berarti menguasai sebagian besar
pengetahuan tetapi lebih penting adalah bagaimana membuat siswa dapat
belajar, guru dan siswa disederhanakan agar tidak tercipta gep, adanya
perilaku guru yang membuat siswa tersisih atau terpisah dari gurunya,
guru dan siswa harus terjalin komunikasi agar dalam proses pembelajaran
ada keterbukaan siswa mengeritik dan mengeluarkan pendapat. Sebab bukan
tidak mungkin dengan pengaruh perkembangan teknologi siswa lebih pintar
dari gurunya.
Namun dalam pelaksanaannya, sebenarnya sekolah-sekolah tersebut hanya
menerima input siswa yang sudah berprestasi (baca: memiliki NEM yang
tinggi). Jadi sesungguhnya hanyalah sekolah dengan kumpulan anak-anak
cerdas sehingga dengan memilih input yang baik otomatis hasil outputnya
pun akan baik. Sehingga beberapa pakar pendidikan mempertanyakan
definisi dari Sekolah Unggulan sehingga memunculkan konsep pengertian
sekolah unggulan.
- B. Tipe Sekolah Unggulan
- 1. Tipe 1
Tipe ini seperti yang diuraikan di atas, dimana sekolah menerima dan
menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki
prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah
tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan
karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul.
- 2. Tipe 2
Sekolah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus
dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di
Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta.
Mahal? Nggak juga tuh, buktinya banyak orang-orang Indonesia yang
sekolah di sana. Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah
di luar negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus
warga negara Indonesia yang berbondong-bondong sekolah ke luar negeri.
Otomatis prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk
diterima di sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan
beberapa “jurus” pola belajar dengan membawa pendekatan teori tertentu
sebagai daya tariknya. Sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai
dengan apa yang dijanjikannya.
- 3. Tipe 3
Sekolah unggul ini menekan pada iklim belajar yang positif di
lingkungan sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk
sekolah tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan
(output) yang bermutu tinggi.
- C. Kategori sekolah unggulan
- 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Profesional
Kepala Sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman dan pemahaman
yang menonjol. Dari beberapa penelitian, tidak didapati sekolah yang
maju namun dengan kepala sekolah yang bermutu rendah.
- 2. Guru-guru yang tangguh dan profesional
Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan
langsung dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan
harapan-harapan orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan sehari-hari
di dalam kelas.
- 3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas
Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh
kegiatan sekolah. Tidak hanya itu, visi dan misi dapat di cerna dan
dilaksanakan secara bersama oleh setiap elemen sekolah.
- 4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan berbagai
fasilitas mewah, lingkungan tersebut bisa berada di tengah sawah, yang
jelas lingkungan yang kondusif adalah yang lingkungan yang dapat
memberikan dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi siswa
5. Jaringan organisasi yang baik
Organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua
akan menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan
terus berkembang. Serta perlu pula dialog antar organisasi tersebut,
misalnya forum Orang Tua Murid dengan forum guru dalam menjelaskan
harapan dari guru dan kenyataan yang dialami guru di kelas.
- 6. Kurikulum yang jelas
Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik dimana
Diknas membuat kurikulum dan dilaksanakan secara nasional. Dengan hanya
memuat 20% muatan lokal menjadikan potensi daerah dan kemampuan mengajar
guru dan belajar siswa terpasung. Selain itu pola evaluasi yang juga
sentralistik menjadikan daerah semakin tenggelam dalam kekayaan potensi
dan budayanya. Diharapkan akan muncul sekolah unggulan dari tiap daerah
karena memiliki corak dan pencapaian sesuai dengan potensinya.
- 7. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai
Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat
teridentivikasi dan dapat terukur targer pencapaian pembelajaran
sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan kemampuan
siswa.
- 8. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah
Di sekolah unggulan dimanapun, selalu melibatkan orang tua dalam
kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal sekali adalah memberikan
pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat istirahat. Pada proses
yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses penyusunan kurikulum
sekolah sehingga orang tua memiliki tanggung jawab yang sama di rumah
dalam mendidik anak sesuai pada tujuan yang telah dirumuskan. Sehingga
terjalin sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan pola
pendidikan di rumah
Apa bedanya ”Unggul” dengan ”Unggulan”? Ada beberapa argumentasi berkaitan dengan penggunaan kedua kata ini.
Pertama, seperti yang telah
dijelaskan di atas, kata unggul dapat dimiliki oleh siapa saja. Ia bukan
sebuah istilah yang diberikan, tetapi ia adalah sebuah implikasi dari
kerja keras dan prestasi yang diraih. Sekolah pinggiran atau sekolah di
tengah kota, semua memiliki hak.
Kedua, istilah sekolah unggulan
sekarang lebih sering dimaknai sebagai sekolah ”mahal”. Buktinya ada di
sekolah saya yang sering dikatakan (lebih tepatnya ”menyatakan diri”)
sebagai sekolah unggulan. Apakah dengan adanya predikat unggulan sekolah
berhak memungut dana kepada siswa dengan nominal yang besar? Ironisnya,
sekolah yang memungut dana besar ternyata tidak memiliki akuntabilitas
dan transparansi yang tinggi.
Ketiga, sekolah unggulan
seringkali mendapatkan perhatian yang berlebih dari pemerintah.
Seakan-akan sekolah unggulan adalah sebuah proyek yang akan menghasilkan
keuntungan besar. Seharusnya, pemerintah lebih memprioritaskan program
pada pemerataan. Ingat, masih banyak sekolah yang memerlukan sarana dan
prasarana memadai, sementara standard Ujian Nasional terus meningkat
setiap tahun. Belum lagi dengan tuntutan dunia kerja yang mengisyaratkan
sekolah untuk membekali siswa tentang life skill dan specialty
yang sangat berguna ketika siswa berkarier atau kuliah, yang berarti
harus ada kurikulum yang adaptif dan responsif terhadap gejala perubahan
sosial. Sekolah unggul mengisyaratkan pemerintah untuk melakukan
pemerataan tersebut.
Keempat, sekolah unggul juga
berarti ada upaya untuk meminimalisasi biaya tinggi dalam pendidikan.
Bahkan, sekolah unggul harus menyediakan akses seluas-luasnya bagi para
siswa untuk mengetahui keperluan sekolah. Selain itu, birokratisasi
pendidikan juga harus dihentikan.
- D. Kelemahan Sekolah Unggulan
Pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak kelemahan selain yang dikemukakan oleh Nurkolis dalam tulisan nya.
Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi
dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan
masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan
politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari
atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana
lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua
biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya,
sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah
unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas
unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus
menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan
bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan
kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang
baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar
kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang
berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari
karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki
NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana
sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah
yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus,
diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka
keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah
apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses
ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya
bagus.
Kesenjangan itu semakin dipertajam oleh terciptanya sekolah unggulan
dan kelas khusus tersebut. Akibat negatif yang ditimbulkan oleh
eksklu(sifi)sasi/pengistimewaan anak cerdas tersebut adalah sebagai
berikut;
Pertama; terbunuhnya semangat kompetisi di kalangan siswa
yang berkapasitas otak ‘rata-rata’ ke bawah. Ini menyangkut faktor
psikologis, kepercayaan diri, motifasi. Memang, maksud diciptakaannya
kelas dan sekolah eksklusif seperti itu agar para siswa termotifasi
untuk masuk ke dalamnya. Tetapi apa yang terjadi, justru lebih banyak
siswa yang semakin minder dan bersikap pasrah saja melihat kemajuan
kawan-kawannya.
Tengoklah. Di setiap jenis perlombaan yang digelar, hampir bisa
dipastikan bahwa sekolah unggulan dan atau kelas khusus senantiasa
mendominasi. Dalam meeting class internal sekolah, misalnya,
kelas khusus selalu menjadi yang terbaik; dari lomba cerdas-cermat per
mata pelajaran, lomba pidato, lomba majalah dinding, bahkan mungkin
sampai lomba kreatifitas masak-memasak. Harapan satu-satunya bagi
kelas-kelas reguler mungkin hanya dalam lomba olah raga—itu pun gelar
juaranya berpeluang ‘disikat’ pula oleh murid dari kelas khusus.
Pada akhirnya siswa-siswa yang tak duduk di kelas khusus putus asa.
Mereka tak lagi pernah menargetkan diri menjadi yang terbaik. Target
termuluk bagi mereka adalah menjadi nomor dua di bawah kelas khusus.
Kasihan. Padahal berputus asa untuk menjadi yang terbaik hukumnya adalah
haram. Sayang sekali pengalaman para siswa itu selalu menunjukkan bahwa
predikat terbaik itu ‘wajib’ merupakan milik kelas khusus. Kesimpulan
yang pertama, pembentukan kelas-kelas khusus dan sekolah unggulan secara
tak disadari telah membunuh spirit kompetisi bagi mayoritas siswa.
Entah sampai kapan ketidakpercayaan-diri itu tumbuh dan berkembang dalam
sanubari sebagian besar calon-calon SDM pembangun daerah ini.
Kedua; tidak terjadi transfer of knowledge dari
siswa cerdas kepada siswa tak cerdas. Ini menyangkut metode komunikasi
untuk memasukkan mata pelajaran ke dalam otak siswa. Bahasa yang
digunakan oleh buku dan para guru umumnya mendapat perhatian dan
dimengerti hanya oleh murid-murid cerdas. Murid-murid lain baru dapat
memberi perhatian lalu mengerti pelajaran-pelajaran tersebut jika
dijelaskan oleh kawannya sendiri dengan bahasa mereka sendiri. Bukankah
itu tujuan utama dari belajar kelompok? Namun ketika anak-anak cerdas
itu ‘dikarantina’ di sekolah unggulan dan kelas khusus,
Kelompok-kelompok belajar yang dibentuk oleh siswa lainnya justru
menjadi tidak efektif. Bagaimana bisa efektif jika anggota kelompoknya
sama-sama tak mengerti dengan pelajarannya? Sementara kelompok belajar
di kelas-kelas khusus juga tidak efektif. Toh mereka sudah sama-sama
mengerti pelajarannya lalu untuk apa lagi belajar kelompok? Siswa kelas
khusus atau sekolah unggulan cenderung menjadi individual learner.
Dia memang bertambah pintar dengan cara itu. Tetapi bukankah dia
menjadi jauh lebih cerdas bila mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada
kawan-kawan yang belum mengerti? Dan dengan begitu dia menjadi lebih
berguna daripada sekadar anak pintar.
Ketiga; tidak terasahnya kepekaan sosial dari siswa-siswa
yang cerdas. Siapa saja tentu menjadi lebih dekat secara personal
tatkala sering bersua. Menjadi umum pula seorang murid menjadi lebih
dekat dengan teman sekelasnya daripada kawannya di kelas lain. Ketika
anak-anak cerdas disatukan dalam sebuah kelas atau sekolah saja, maka
mereka terbiasa bergaul sesama anak cerdas saja dengan menggunakan
bahasa dan perilaku yang lebih cerdas daripada kelas atau sekolah
lainnya. Pendek kata, kelas khusus seakan lebih berperadaban daripada
kelas lain. Sedangkan kelas biasa—yang jumlahnya lebih banyak
itu—terkesan relatif lebih norak dalam bergaul dibanding kelas khusus.
Coba tanyakan kepada polisi yang sering menangkap anak-anak pembolos
yang nongkrong di Pasar adakah di antara murid yang tertangkap itu masuk
dalam khusus atau dari sekolah unggulan? Tentu tidak pernah ada. Kenapa
bisa jadi begitu? Sebab kondisi di sekolah tidak memberi peluang bagi
bersatunya anak-anak cerdas dengan anak-anak yang tidak cerdas. Dan itu
menjadi salah satu pemantik rasa minder di hati anak tak cerdas dan
berujung pada pembolosan.Sementara itu para siswa kelas khusus dan
sekolah unggulan kian menghampiri keadaan ‘buta sosial’. Mereka tidak
terbiasa hidup dan bergaul dengan kawan sebayanya yang kurang cerdas.
Padahal manusia-manusia yang kurang cerdas itulah yang akan menjadi
konstituen terbesar mereka kelak di kemudian hari mereka menjadi
pemimpin. Kepekaan sosialnya minim.
Keempat; sekolah unggulan dan kelas khusus hanya menambah
kesenjangan sosial yang memang sudah tajam sekarang ini. Lihat saja
murid-murid kelas khusus, hampir tiada yang berasal dari kelas ekonomi
lemah. Mayoritas memiliki orang tua berduit—yaitu pejabat eksekutif
daerah, anggota dewan, kontraktor atau pengusaha non kontraktor.
(Mungkin hanya satu-dua murid kelas khusus yang rumahnya berdinding
bambu). Jelas, segala fasilitas pribadi untuk mereka belajar juga dapat
diadakan orang tua mereka; entah buku pedoman belajar, internet, sampai
penggaris canggih.
Sementara di sekolah-sekolah negeri kebanyakan murid tidak memiliki
itu semua. Bahkan ada kelas yang semua isinya adalah anak-anak orang
miskin. Tak ada kawan untuk berbagi membaca buku. Kalau pun ada
anak-anak cerdas dan memiliki fasilitas, mereka sudah eksklusif di kelas
khusus. Tak salah kiranya bahwa kualitas guru-guru kelas khusus, sistem
belajar dan segala fasilitas mereka belum tentu mampu membuat
murid-muridnya berprestasi luar biasa jika sebelumnya yang masuk ke
sekolah/kelas itu bukanlah anak-anak cerdas. Pendek kata, murid-murid
kelas khusus bisa berprestasi baik karena memang dasarnya mereka sudah
cerdas.
- E. Restrukturisasi Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan pada umumnya hanya menerima siswa-siswa yang
unggulan juga. Fasilitasnya pun pada umumnya lengkap. Dengan input yang
bagus dan sarana-prasamna yang menunjang, maka pada akhir tahun pun tak
mengherankan kalau prestasinya mentereng. Nilai-nilai siswa sekolah
unggulan akan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa umumnya.
Hal ini biasanya juga akan berimbas pada jenjang pendidikan
berikutnya. Siswa-siswa dari sekolah unggulan akan lebih mudah diterima
di jenjang pendidikan berikutnya.Nah, sekolah yang biasa-biasa saja
biasanya mla menerima murid dari tingkat kecerdasan mana pun, bahkan
mungkin ada sekolah yang kebanyakan siswanya adalah limpahan siswa yang
tidak diterima di tempat lain.
Biasanya pula, sekolah-sekolah yang nonunggulan ini relatif lebih
minim fasilitasnya daripada sekolah yang unggulan. Dengan input yang
pas-pasan serta sarana dan prasarana yang kadang minim, jangankan siswa
dapat berprestasi tinggi, bisa lulus ujian nasional pun sudah bersyukur.
Dari kenyataan di atas, maka perlu dipikirkan ulang apakah
sekolah-sekolah unggulan tersebut pantas untuk dijuluki sekolah
unggulan. Padahal, sekolah yang dikatakan unggalan hanya mau menerima
siswa yang nilainya tinggi, yang tinggal dipoles sedikit dan jadilah
siswa-siswa unggulan yang membawa nama hanim sekolah tersebut.
Sebaliknya, kerja ekstrakeras harus dilakukan oleh sekolah
nonunggulan. Sekolah yang dikatakan nonunggulan harus meng-upgrade
kemampuan siswa yang pas-pasan dalam waktu yang sama dengan sekolah
unggulan. Sekolah nonunggul- j an juga masih dihantui dengan j
sarana-prasarana yang minim. Tak mengherankan kalau para guru hams
jungkir balik agar para murid memahami satu bab mata pelajaran saja.
Dari itu semua, selayaknya paradigma sekolah unggulan diubah. Gelar
sekolah unggulan seharusnya diberikan kepada sekolah-sekolah yang mampu
mendidik murid-murid yang biasa menjadi murid-murid yang luar biasa,
from zero to hero. Itulah yang layak disebut sebagai sekolah unggulan.
Jadi bukan sekolah yang input-nya bagus kemudian output-nya juga
bagus karena itu merupakan hal yang wajar. Pemerintah sendiri diharapkan
benar-benar memperhatikan peme-mtaan pendidikan. Selayaknya setiap
sekolah memiliki fasilitas yang sama baiknya. Kualitas para guru juga
harus diperhatikan. Dengan adanya standardisasi ini, tata tinggal
melihat bagaimana sekolah berlomba-lomba menghasilkan output yang
berkualitas.Jika sekolah-sekolah memiliki fasilitas dan gum yang sama
kualitasnya, kemudian ada sekolah yang menonjol output-nya, maka
bolehlah disebut sekolah unggulan.
Maka konsep sekolah unggulan yang tidak unggul ini harus segera
direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan
adalah sebagai berikut:
Pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan
antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak
memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak
yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan
semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam.
Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja
siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan
dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan
serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk
dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan
pada kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan
logika-matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan
seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yanag
hingga kini dikenal adanya 8 macan.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang
kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan
dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di
Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School
yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard
University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena
prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School
yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga
memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang
beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen
sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder
sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang
kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap
siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan
berbagai pihak terkait dengan memuaskan.
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di
atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih
tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena
terdapat dua suprastruktur yang mendukung.
Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan.
Dengan adanya kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota
diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah
unggulan semakin serius.
Kedua, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional yang didalamnya memuat bahwa salah satu program
pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah
terwujudnya pendidikan berbasis masyarakat/sekolah. Melalui pendidikan
berbasis masyarakat/sekolah inilah warga sekolah akan memiliki kekuasaan
penuh dalam mengelola sekolah. Setiap sekolah akan menjadi sekolah
unggulan apabila diberi wewenang untuk mengelola dirinya sendiri dan
diberi tanggung jawab penuh. Selama sekolah-sekolah hanya dijadikan alat
oleh birokrasi di atasnya (baca: dinas pendidikan) maka sekolah tidak
akan pernah menjadi sekolah unggulan. Bisa saja semua sekolah menjadi
sekolah unggulan yang berbeda-beda berdasarkan pontensi dan kebutuhan
warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi sekolah unggulan maka
tidak sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya
Setelah melihat uraian di atas, tak ada cara lain selain kita perlu
langkah tepat. Mengingat pendidikan kita sedang menghadapi krisis,
sehingga butuh pemecahan edukatif agar anak didik menemukan kembali
kegembiraan dan sukses dalam belajarnya. Bagaimana agar proses
pendidikan di sekolah, bisa membuat anak didik belajar dengan gembira,
bermain, menjadi dirinya sendiri, mengembangkan kreativitas demi masa
depan, serta hidup secara baik dan benar. Kalau itu bisa ditanamkan pada
anak didik, dijamin kesenjangan akan dapat ditekan sekecil mungkin.
Apalagi sekolah kini tidak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi
mereka. Dunia pendidikan benar-benar sedang krisis, tercermin dari guru
menjadi pengawas, penindas, dan merendahkan martabat siswa. Sekolah jadi
lembaga yang mematikan bakat, kreativitas dan gairah siswa untuk
belajar. Sekolah sangat komersial dan membunuh kesempatan serta
diskriminasi terhadap siswa miskin. Sekolah tidak lagi menjadikan anak
didik merasakan kegembiraan dan kebahagiaan, tapi mengakibatkan
kegelisahan dan ketakutan. Mereka mudah stres, suka tawuran,
penyalahgunaan narkoba dan malas belajar. Menemukan identitas dan jati
diri, menjadi kunci bagi sukses pendidikan mereka.
Sekolah yang seharusnya menyediakan lingkungan belajar yang kondusif,
sudah berubah menjadi tak lebih dari bimbingan belajar. Di mana guru
yang seharusnya menjadi fasilitator mendampingi, mengamati, menilai
kegiatan dan interaksi anak didik, terjebak menjadi mesin distribusi
soal latihan ujian dan koreksi jawaban. Ditambah nasib guru yang tak
kunjung selesai.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam observasi kelompok praktikum BK Belajar kami mengambil tempat
observasi yaitu SMK NEGERI 1 SOMBA OPU. Sekolah ini beralamat di
kabupaten gowa samping kantor bupati gowa dan berada di lapangan syech
yusuf. SMKN 1 SOMBA OPU Merupakan salah satu sekolah terbaik Se SMK
Kota Makassar dan terbaik 6 se SMK Indonesia. Sekolah ini merupakan
salah satu sekolah unggulan di kota makassar se tingkat kejuruan dan
mempunyai banyak prestasi yang menandakan sekolah ini termasuk sekolah
unggulan.
SMKN 1 SOMBA OPU merupakan salah satu sekolah unggulan dan sekolah
terbaik ke 6 se indonesia. Dalam observasi yang dilakukan di sekolah itu
kami mendapatkan informasi bahwa di sekolah memiliki beberapa jurusan
yaitu jurusan teknik jaringan dan komputer,multimrdia, tata
busan,kecantikan,seni pertunjukan yang terdiri dari
kerawitan,tari,teater dan musik non klasik.
Pada tanggal 20 september 2011 kami mendatangi sekolah tersebut
bersama teman-teman untuk membawa surat kesiapan sekolah tersebut untuk
di observasi, setelah surat itu diterima kami menunggu balasan suratnya
sampai beberapa hari dan pada hari jumat 23 September 2011 kami pun
mendatangi sekolah tersebut untuk mengeobservasi sekolah itu. Tahap awal
yang kami observasi adalah mengenai sekolah tersebut baik itu di lihat
struktur bangunan,tata ruang,kebersihan maupun mengenai personil guru
yang mengajar di sekolah tersebut.
Dalam observasi yang dilakukan kami mengumpulkan data mengenai
sekolah unggulan ini dengan mewawancarai beberapa guru baik perjurusan
maupun wakil kepala sekolah di Sekolah itu tapi sebelum saya memwancarai
guru tersebut saya mencari infprmasi dulu apakah betul di SMK NEGERI 1
SOMBA OPU merupakan salah satu sekolah unggulan dan saya mencari info
itu di guru Bknya dan betul bahwa SMK NEGERI 1 SOMBA OPU merupakan salah
satu sekolah unggulan kejuruan terbaik 6 se indonesia dan terbaik 1 se
sulawesi selatan.
Mendapat informasi itu kami langsung menuju wakil kepala sekolah
untuk sedikit mewawancarai demi mendapat informasi, guru itu bernama pak
Sangkala inti wawancar kami adalah mengapa sekolah tersebut merupakan
sekolah unggulan, apa yamg menyebabkan sehingga sekolah ini termasuk
sekolah unggulan dari hasil wawancara di dapati bahwa sekolah ini
mengapa unggul karena ada satu jurusan yang cukup baik prestasinya dalam
hal lomba dan sering meengikuti lomba tingkat provinsi dan nasional dan
mendapaty juara jurusan tersebut adalah jurusan pertunjukan terdiri
dari kerawitan,tari,teater dan musik non klasik.
Dari segi prestasi inilah yang membuat SMKN 1 Somba Opu menjadi
sekolah unggulan kejuruan 6 se indonesia dan 1 se Sul-Sel dan ternyata
pula mengapa sekolah ini unggulan karena kurikulum yang mereka gunakan
tersebut merupakan kurikulum SMK terbaik se indonesia berarti ada 2 poin
penting mengapa SMK ini menjadi sekolah unggulan hal ini ditandai
dengan prestasi yang cukup baik dan kurikulum yang baik Adapun lampiran
prestasinya antara lain:
- Pada tahun 2007 di Bandung dalam lomba FLS (Festival lomba seni) mendapat juara 1 basis terbaik.
- Pada tahun 2008 di Bandung dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara kerawitan penyaji terbaik
- Pada tahun 2008 di Bandung dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara pemain keyboard terbaik.
- Pada tahun 2008 di Bandung dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara busana dan Tata Rias terbaik.
- Pada tahun 2009 di Jogjakarta dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara kerawitan penyaji terbaik
- Pada tahun 2009 di Jogjakarta dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara busana,tari dan tata rias terbaik
- Pada tahun 2010 di Surabaya dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara kerawitan naskah terbaik.
- Pada tahun 2010 di Surabaya dalam lomba FLS (Festival Lomba Seni) mendapat juara penata Artistik terbaik.
Inilah sejumlah prestasi tingkat nasional SMKN 1 SOMBA OPU dalam
mengikuti setiap lomba di tingkat nasional masih banyak sebenarnya
prestasi-prestasi sekolah ini baik dalam lomba tingkat sekolah maupun
provinsi namun dalam hal ini hanya sebagian prestasi yang saya
lampirkan. Dari segi kurikulum yang di gunakan pihak sekolah tidak
memberi kami copian kurikulum yang digunakan karena katanya rahasia
tidak bisa dijadikan bahan umum jadi untuk itu kami tidak bisa
menjadikan lampiran dalam laporan kami. Bila dilihat segi teoritis
mengenai sekolah unggulan ada beberapa poin yang memenuhi sekolah ini
menjadi sekolah unggulan salah satunya prestasi dan kurikulum.
BAB IV
PENUTUP
- A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa sekolah SMKN
1 SOMBA OPU Merupakan salah satu sekolah unggulan kejuruan terbaik ke 6
se Indonesia dan terbaik pertama se Sul-sel mengapa demikian karena di
sekolah tersebut sering menjuarai setiap lomba baik di tingkat sekolah
provinsi maupun nasional dan mempunyai kurikulum terbaik tingkat
sekolah kejuruan se indonesia.
Bila dilihat dari segi teoritisnya mengenai konsep dasar sekolah
unggulan SMKN 1 SOMBA OPU sudah memenuhi sebagai sekolah unggulan dengan
karakterisatik kurikulum terbaik dan prestasi yang cukup baik.
- B. Saran
Gunakanlah laporan ini dengan sebaik-baikya dan jadikanlah sebagai bahan referensi untuk laporan yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis, Paradigma Pengembangan Sekolah Unggulan, http://artikel.total.or.id
M. Gorky Sembiring, 2008, Menjadi Guru Sejati, Penerbit: Galangpress Group
Mujtahid, Pendidikan Unggulan Berbasis Pesantren, http://uin-malang.ac.id
P. Suparno, SJ., dkk., 2002, Reformasi pendidikan: sebuah rekomendasi, Penerbit Kanisius.
Reni Akbar H,Sihadi, Akselerasi (A-Z Informasi Progrom Percepatan Belajar) www.google.com
Siti Nurhasanah, Ada Apa Dengan Sekolah Unggulan. www.google.com